Jahe Emprit
Jahe Emprit |
Jahe
emprit atau Zingiber majus Rumph, dikenal
juga dengan nama jahe Sunti. Ciri utama jahe emprit terletak pada bentuk
rimpangnya yang kecil, rata cenderung pipih dan tidak mengembung. Jahe jenis
ini bisa ditemukan dalam warna putih dan dalam kondisi tertentu berwarna kuning.
Serat jahe emprit bertekstur lembut dengan aroma yang tidak tajam. Tetapi jahe
emprit dilengkapai rasa yang jauh lebih pedas ketimbang jahe gajah atau badak.
Kandungan gingerol, zingeron, dan shogaol yang dimiliki jahe emprit memang
lebih tinggi ketimbang jahe gajah. Hal ini yang menyebabkan rasa pedasnya lebih
dominan. Secara umum, tanaman jahe emprit
sama saja dengan jenis jahe lainnya.
Sistem budidayanya juga sama, dikembangkan melalui metode
vegetatif yakni stek pada tunas baru yang tumbuh di bagian rimpangnya. Berdasarkan pada sifatnya, jahe emprit sering dijadikan bahan obat herbal dan
bumbu makanan. Rasa pedasnya memang memberi sensasi hangat yang jauh lebih
baik. Sayangnya, aromanya yang tidak sekuat jahe gajah membuat jahe emprit
jarang digunakan untuk produk seperti permen jahe, jelly jahe, sirup jahe dan
lain-lain. Jahe emprit (bersama jahe merah) paling populer digunakan sebagai
bahan untuk membuat produk ekstrak oleoresin dan juga minyak atsiri.
A. Habitus
Jahe tergolong tumbuhan semak yang memiliki umbi batang dan rimpang. Akar
jahe berbentuk bulat, ramping, berserat dengan warna putih terang sampai dengan
coklat. Akar keluar dari garis lingkaran sisik rimpang. Batangnya merupakan
batang semu yang terdiri dari pelepah daun yang berpadu (Rostiana et.al.,1991).
Jahe emprit memiliki batang semu, dengan warna batang hijau muda
berbentuk bulat dan agak keras. Daunnya berwarna hijau muda berbentuk lanset
dengan kedudukan daun berselang-seling teratur. Jumlah daun pada jahe emprit
berkisar antara 20 - 28 helai. Jahe emprit memiliki rimpang relatif kecil,
bentuknya pipih, berwarna putih sampai kuning, seratnya agak kasar dan rasa
pedas (Rostiana et.al.,1991).Menurut Syukur (2002) jahe putih kecil
memiliki rimpang dengan bobot berkisar 0.5 – 0.7 kg per rumpun. Stuktur rimpang
jahe emprit kecil dan berlapis. Jahe emprit memiliki kandungan minyak atsiri
sebesar 1.50 - 3.50 %. Kadar serat 6.59% dan kadar pati 54.70%. Bunga jahe
terbentuk langsung dari rimpang. Bunga jahe umumnya berbentuk tabung sari semu
yang menyerupai mahkota bunga (Puseglove et al., 1981). Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5
cm hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5
hingga 7 buah. Bunga berwarna kekuning-kuningan. Bibir buah dan kepala putik
ungu.
B. Habitat
Jahe tumbuh subur di ketinggian 0 hingga 1500 meter di atas permukaan laut,
kecuali jenis jahe gajah di ketinggian 500 hingga 950 meter. Untuk bisa
berproduksi optimal, dibutuhkan curah hujan 2500 hingga 3000 mm per tahun,
kelembapan 80% dan tanah lembap dengan PH 5,5 hingga 7,0 dan unsur hara
tinggi. Menurut Djakamihardja et al. (1986) dalam Effendi dan
Hidayat (1997), suhu optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan jahe adalah 25 –
30oC. Suhu yang lebih tinggi dari kisaran tersebut akan menghambat pertumbuhan
dan merugikan. Sedangkan dibawah kisaran tersebut mengakibatkan umur tanaman
semakin panjang, sehingga waktu panen menjadi mundur. Tanaman jahe tersebar di
daerah tropis, di benua Asia dan Kepulauan Pasifik. Akhir – akhir ini
jahe dikembangkan di Jamaica, Brazil, Hawai,Afrika, India, China dan Jepang,
Filipina, Australia, Selandia Baru, Thailand dan Indonesia. Jahe tumbuh di
Indonesia ditemukan di semua wilayah Indonesia yang ditanam secara monokultur
dan polikultur (Hasanah, et al., 2004).
Dalam dunia perdagangan, penamaan jahe
didasarkan kepada daerah asalnya, misal jahe Afrika, jahe Chochin atau jahe
Jamika. Sejak 250 tahun yang lalu, jahe di Cina sudah digunakan sebagai bumbu
dapur dan obat. Di Malaysia, Filipina, dan Indonesia jahe banyak digunakan
sebagai obat tradisional. Sedangkan di Eropa pada abad pertengahan, jahe
digunakan sebagai aroma pada bir (Hardianto, 2005). Daerah utama produsen jahe emprit di Indonesia adalah Jawa Barat
(Sukabumi, Sumedang, Majalengka, Cianjur, Garut, Ciamis dan Subang), Banten
(Lebak dan Pandeglang), Jawa Tengah (Magelang, Boyolali, Salatiga), Jawa Timur
(Malang Probolinggo, Pacitan), Sumatera Utara (Simalungun ), Bengkulu dan
lain-lain (Hasanah, et. al, 2004).
Deskripsi Jahe Emprit
1. Akar
Akar pada jahe emprit berbentuk rimpang (rhizoma). Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah
batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang - cabang dan
tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang
muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru. Sistem
perakaran pada jahe emprit merupakan akar serabut. Akar pada jahe emprit ini
berwarna putih.
2. Rimpang (rhizoma)
Rimpang (rhizoma) sesungguhnya adalah
batang beserta daunnya yang terdapat di dalam tanah, bercabang - cabang dan
tumbuh mendatar, dan dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang
muncul di atas tanah dan dapat merupakan suatu tumbuhan baru.
Rimpang (rizhoma) adalah
penjelmaan batang dan bukan akar, dapat dilihat dari tanda-tanda berikut :
- Beruas – ruas, berbuku –
buku, akar tidak bersifat demikian
- Berdaun, tetapi daunnya telah menjelma menjadi sisik –
sisik
- Memiliki
kuncup – kuncup
Ruas jahe ini kecil,
agak rata dan berlapis. Daging rimpang berwarna putih kekuningan. Tinggi rimpangnya dapat mencapai 11 cm dengan panjang
antara 6 – 30 cm, dan diameter antara 3.27 – 4.05 cm.
3. Batang
Batang yang tumbuh di atas tanah pada jahe emprit merupakan batang semu
yang terdiri dari pelepah daun yang berpadu (Rostiana et.al.,1991). Jahe
emprit memiliki tinggi batang semu berkisar 41.87 - 56.45 cm dengan warna
batang hijau muda berbentuk bulat dan sedikit keras. Tetapi pada saat tanaman
jahe sudah tua, jahe emprit memiliki batang sejati yang berwarna hijau, bulat
dan keras yang bercirikan pada saat pelepah daun pada batang dikelupas,
terdapat sisa batang yang tidak dapat di kelupas lagi.
4. Daun
Daun jahe emprit merupakan daun tunggal dengan kedudukan daun berselang-seling
teratur. Panjang daun pada jahe emprit mencapai 17.4 - 19.8 cm, lebar daun mencapai 1,3 – 2 cm dengan luas
helaian daun 24.9 - 27.5 cm.
5. Bunga
Perbungaan malai tersembul dari tanah. Berbentuk tongkat atau bundar telur
yang sempit. Merupakan bunga majemuk. Panjang malai 3,5 – 5 cm lebar 1,5 – 1,75
cm gagang bunga hampir tidak berbulu panjangnya 25 cm, rahis berbulu panjang
sisik pada gagang terdapat 5-7 buah, berbentuk lanset. Letaknya
berdekatan atau rapat hampir tidak berbulu panjang sisik 3 – 5 cm.
Bunga memiliki 2 kelamin
dengan 1 benang sari dan 3 putik. Bunga daun pelindung berbentuk bundar telur
terbalik, bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah panjangnya
2,5 cm lebar 1 – 1,75 cm. mahkota bunga berbentuk tabung dengan ukuran 2 – 2,5
cm helaiannya agak sempit berbentuk tajam berwarna kuning kehijauan. Kepala
sari berwarna ungu dengan panjang 9 mm. tangkai putik ada 2.
Daftar Pustaka
Allard, R.W. 1988. Pemuliaan
Tanaman (Diterjemahkan oleh Manna).
Bina Aksara. Jakarta
Gardner, P.F.R.B. Pearce dan R.L.
Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
UI Press. Jakarta.
Hakim. 1986. Fisiologi Tanaman. Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Hasanah, M., Sukarman, dan D.
Rusmin. 2004. Teknologi Produksi Benih Jahe, Plasma nutfah dan Perbenihan
Tanaman Rempah dan Obat. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan
Obat XVI(1): 9−16.
Lawrence, G.H.M. 1958. Taxonomy of
Vascular Plants. The MacMillan Company. Newyork.
Muhlisah, F. 1999. Temu - Temuan dan Empon - Empon. Kanisius. Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar